working mom illustrations
Image by DYSA Studio (canva pro).


Sudah beberapa bulan ini saya menjalani peran dobel-dobel, menjadi seorang new mom yang tinggal di rumah saja, atau biasa sering orang sebut sebagai stay at home mom sekaligus saya menjadi seorang working mom karena saya masih bekerja dan terikat kontrak kerja dengan perusahaan.

Arti Working Mom

Working mom artinya ibu yang bekerja. "Working mom" adalah istilah dalam bahasa Inggris yang mengacu pada seorang ibu yang bekerja, baik secara penuh waktu atau paruh waktu, untuk mendukung dirinya sendiri dan/atau keluarganya secara finansial. 

Istilah ini digunakan untuk merujuk kepada ibu yang memiliki tanggung jawab pekerjaan di luar rumah selain dari tugas-tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu dan pengasuh anak. Dalam banyak budaya, banyak perempuan yang menjadi "working moms" karena mereka memiliki karier atau pekerjaan yang mereka tekuni selain dari peran mereka sebagai orangtua.

Peran seorang "working mom" bisa sangat menuntut karena mereka harus menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan peran ibu, seringkali harus melibatkan manajemen waktu yang baik dan dukungan dari pasangan, keluarga, dan si anak. Banyak "working moms" memiliki pengalaman unik dan tantangan tersendiri dalam upaya mereka untuk menjalani kehidupan yang seimbang di antara kedua peran ini.

Stay at home Mom

Stay at home mom artinya ibu yang memilih untuk tinggal di rumah mengurus anak dan keluarganya.  Stay at home mom adalah istilah dalam bahasa Inggris yang mengacu pada seorang ibu yang memilih untuk tidak bekerja di luar rumah, tetapi fokus untuk merawat dan mendidik anak-anaknya serta mengurus rumah tangga. 

Istilah ini merujuk pada peran utama ibu dalam rumah tangga, di mana ia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk merawat anak-anak, melakukan pekerjaan rumah tangga, dan memberikan dukungan kepada keluarga.

Pilihan menjadi seorang "stay-at-home mom" adalah keputusan pribadi yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti nilai-nilai keluarga, situasi keuangan, dan preferensi individu. Seorang "stay-at-home mom" biasanya tidak menerima gaji atau penghasilan secara langsung dari pekerjaan di luar rumah, tetapi kontribusinya terhadap keluarga adalah sangat berharga dalam hal perawatan anak-anak dan pengelolaan rumah tangga.

Stay at home mom sekaligus working mom?

Wah, ini sih saya mengklasifikasikan sendiri ya. Soalnya, saya ibu baru yang tinggal di rumah sambil bekerja karena kondisi pandemi covid19. Kebijakan kantor saya sekarang ini adalah work from home, jadi saya bekerja dari rumah sembari saya mengawasi anak saya.

Iya, meskipun saya ibu yang tinggal di rumah, tapi saya cuma bisa mengawasi anak saya selama saya bekerja dari rumah. Bekerja, meskipun dari rumah tentu bukan berarti kita bisa lebih banyak gak kerja dan melakukan hal lain.

Saya sih tidak seperti itu. Jam 8 pagi tepat saya mulai kerja di depan laptop, lalu ketika break istirahat jam 12 siang ya saya istirahat. Jam 5 sore tet saya berhenti kerja. Selama kerja dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore, ya saya gunakan untuk mengerjakan task-task kantor.
Harus Multitasking Banget

Memang sesekali ada waktu dimana anak saya nangis dan rewel, jadi saya harus tengok (oya saya dibantu ibuk saya untuk menjaga anak sewaktu jam saya kerja). Kadang kalau sore jam dia mandi, saya berdiri sebentar dari kursi untuk memasak air bakal mandi anak saya. Kalau air sudah mendidih saya siapkan ke ember, dsb.

Saya siapkan handuk, baju, pampers, dsb. Kemudian saya kembali duduk ke meja.

Kalau istirahat jam 12 siang, saya gunakan untuk memasukkan baju-baju ke mesin cuci. Sembari cucian selesai, saya makan siang, menengok anak (yang kadang jam segitu dia bobo). Kalau pas anak saya bobo, ya sudah saya pakai buat buka HP atau tengok-tengok blog.

Kalau cucian sudah selesai, tapi kadang sudah masuk waktu kerja lagi, saya diamkan dulu di mesin. Saya duduk dan lanjut kerja. Ketika pantat saya sakit karena kelamaan duduk, saya berdiri dan memilih menjemur cucian. Lumayan, sekalian rehatkan pantat, sekalian jemuran kelar, kan.

Kalau di kantor, saya mustahil bisa mengerjakan hal-hal yang multitasking begitu, ya masak, ya cuci piring, ya kerjaan numpuk di depan laptop (kerjaan kantor), ya kerjaan freelance, ya ngurusin anak, ya ngurusin suami, ya gitulah, ya Allah capek juga ya hehehe.

Kadangkala, ada hal-hal yang tidak bisa kepegang, misal cucian kering numpuk belum dilipatin, rumah berantakan, kotor, cucian piring setiap hari selalu ada dan kadangkala numpuk juga. Gak sempat masak untuk makan siang, dsb. Kadang itu membuat saya stress juga lihatnya, ingin semua beres tapi apa daya ku tak mampu mengerjakan semuanya sendiri.

Suamiku bukan tipikal orang yang ngejudge kalau pekerjaan rumah itu kerjaan istri. Engga begitu sih, karena dia pun mau bantu-bantu. Tapi, sehari-hari dia kerja di kantor dan pulang malam sehingga, dia tida tahu proses apa yang harus dilewati istrinya kala siang hari setiap harinya.

Selain itu, mata laki-laki tuh beda dengan mata perempuan. Kalau perempuan liat cucian piring kotor menumpuk pasti tangannya bergerak buat nyuci piring. Tapi kalau laki-laki? I don't think so, I don't think their eyes and their sense and their mind are working that way. like us, women do. Ya saya tahu ga bisa digeneralkan sih, tapi mungkin di suamiku begitu ya hahaha.

Pokoknya setiap hari kegiatan saya seperti itu, on repeat lah. Saya sempat kangen kehidupan kantor, kerja jam 8 pagi, kalau capek duduk pantat sakit, jalan sebentar tapi cuma ke depan pintu kantor, break makan siang ngobrol dengan teman, kerja lagi, sambil ngobrol, dsb.
Kangen Kantor?

Tapi cuma sempat saja sih kangennya. Kangennya karena kangen teman-teman, kalau yang saya jalani sekarang saya masih happy happy aja, bisa kerja sambil awasin anak setiap harinya. Ibu mana yang gak mau coba? Punya gaji sendiri, udah gitu bisa melihat tumbuh kembang anak setiap hari. Tidak dapat dipungkiri saya harus bersyukur akan kondisi sekarang ini.

Dan saya memang bersyukur. Betul-betul itu. Meski capeknya dobel-dobel dan tidak ada teman ngobrol, tapi ini memang sudah sesuai dengan harapan saya. Sebelum work from home dan sebelum menjadi new mom, saya sempat kepikiran untuk resign ketika anak saya lahir kemudian mengurus anak saya sembari nge-freelance sampai paling tidak anak saya sekolah.

Ketika nanti anak saya sekolah dan punya kegiatan sendiri, saya akan mulai ngantor lagi. Begitu pemikiran awal saya. Tapi pandemi COVID19 mengubah segalanya dan menjadikan saya sebagai stay at home mom sekaligus working mom dengan kegiatan harian seabreg, bagaimana kalau kita sebut sebagai working from home mom? hehehe.

Apakah teman-teman punya cerita seputar menjadi ibu baru selama pandemi ini? Boleh dishare ya.