Di rumah saya memiliki 3 tempat sampah, 1 tempat sampah kering, 1 tempat sampah basah (dapur), dan 1 tempat sampah khusus pospak (popok sekali pakai). Selama ini saya lah yang rutin membuang sampah pospak. Tempat sampah saya lapisi plastik dan ketika sudah penuh tinggal mengangkat plastik tersebut, mengikatnya dan menaruhnya di tempat sampah besar di depan rumah agar diambil pak tukang sampah yang rutin datang 1 hingga 2 kali dalam seminggu.

[Review] Pakai Clodi Bisa Hemat Sampai Seberapa Sih?



Alasan Pakai Pospak sejak Newborn

Sejak newborn, usia beberapa minggu, anak saya sudah pakai pospak karena saya menyerah dengan popok kain. Padahal saya sudah membeli banyak popok kain, tapi nyatanya saya menyerah dengan keadaan. 

Bukan karena saya tidak mau mencuci popok kain yang basah kena ompol si kecil, tapi lebih karena si kecil yang ketika ngompol, popok basah, sehingga dia bangun dan untuk tidur kembali susahnya bukan main. Bukan main juga kami begadangnya kala itu.

Apalagi di masa pandemi ini, kami sama sekali tidak mengandalkan bantuan keluarga. Sejak melahirkan, hingga saya kerja lagi bulan Juni, kami hanya berdua saja mengurus si kecil. Padahal, suami juga kerja, sehingga keadaan saat itu kacau balau. Urusan rumah kacau, urusan kerja juga jadi kacau.

Akhirnya, kami putuskan untuk memakaikan pospak karena rasanya lebih tahan terhadap ompol. Maksudnya, dalam beberapa kali pipis, si pospak masih tetap kering sehingga si kecil tidak terlalu terganggu tidurnya. Alhasil frekuensi begadang bisa berkurang. Eh tapi ini tidak berlaku untuk saya, karena saya tiap satu jam hingga dua jam sekali harus menyusui.

Maka dari itu, pospak yang kami butuhkan juga tak sedikit. Dalam sehari, bisa menghabiskan beberapa lembar pospak. Dan tentu saja, efeknya adalah boros di kantong. Sebulan saya bisa belanja dua kantung besar pospak.

Pospak Jadi Masalah Lingkungan

Belum lagi masalah lingkungan, yang beberapa bulan belakangan saya kepikiran masalah lingkungan ketika saya membuang pospak-pospak tersebut. Saya kasihan dengan pak tukang sampah yang rutin datang, kasihan dengan tukang sampah di tempat pengumpulan sampah, dan kasihan dengan alam.

Apakah Clodi adalah Solusi Pospak yang Boros?

Saya kemudian googling2 dan terbersitlah clodi. Clodi bukanlah kali pertama ini saya tahu. Sebelum punya anak pun, saya tahu clodi karena teman saya jualan clodi dan sering posting di laman facebooknya.

Saya googling merek clodi yang bagus dan berkualitas. Saya baca satu per satu blog mamah mamah tentang clodi. Oleh karena bingung, saya akhirnya menyerah dengan riset dan langsung menghubungi teman saya yang jualan clodi di facebooknya.

Merek Clodi yang Bagus?

Saya bilang kalau saya mau beli clodi dan dia langsung tawarkan beberapa merek clodi dagangannya. Saya orang yang tidak suka terlalu lama ketika beli, maka saya langsung katakan kalau saya akan coba 3 merek yang dia jual. Akhirnya pilihan saya jatuh pada clodi merek Ningrat, Pempem, dan Sobi. Saya tidak tahu apakah ini merek bagus atau tidak karena pusing juga ada banyak merek sih hehehe.

Saya khusus minta yang model snap daripada velcro karena menurut yang saya baca, lebih awet yang snap. Yang velcro katanya gampang lepas velcro nya setelah beberapa lama.

Waktu itu saya baru beli 3 saja, karena hanya ingin mencoba-coba. Barangkali si kecil cocok pakai clodi dan tidak ada alergi, maka saya akan membeli lebih banyak clodi.

Tak perlu waktu lama untuk clodi pesanan saya datang ke depan pintu rumah, hehe. Ya, kami satu kota sih tapi saya minta dikirim, maklum emak-emak tukang belanja online. Ini dia penampakan clodinya:

Seberapa Hemat sih Clodi?

Nah, si kecil sudah dari September pakai clodi. Penghematan yang bisa dilakukan lumayan, lho. Jadi setelah mencoba dan merasakan bahwa clodi cukup efektif dalam menahan ompol si kecil, saya putuskan untuk membeli tambahan clodi. Saya beli 2 clodi merek Little Hippo di Shopee, harganya lebih murah daripada 3 clodi yang saya beli di awal, tapi clodi Little Hippo memang lebih tipis.

Kemudian teman saya mengadakan cuci gudang dan lagi-lagi menawarkan paket 3 clodi Pempem dengan harga miring. Sebagai emak-emak doyan diskonan saya jelas tergiur dan langsung checkout. Besoknya saya terima itu 3 clodi plus 1 clodi sebagai kado ahahaha.

Jadi total ada 9 clodi yang itu dipakai setiap hari. Saya pakaikan clodi untuk siang hari saja sementara untuk malam hari pakai pospak. Nah, sejak memakai clodi, frekuensi pakai pospak berkurang drastis. Alhasil belanja pospak saya juga menurun drastis. Kini, sebulan saya hanya membeli 1 pak pospak ukuran L yang isinya 40 lembar pospak.

Kurang lebih 40 lembar pospak ini untuk satu bulan dan masih sisa juga. Padahal sebelumnya, pasti ada anggaran 150ribu hingga 200 ribu untuk pembelian sekitar 84 pospak untuk pemakaian selama sebulan. Dengan selang seling clodi dan pospak, sekarang paling hanya habis 100 ribu untuk belanja pospak.

Jadi, menurut saya clodi bisa menghemat pengeluaran saya untuk belanja pospak hingga separuhnya. Ini pun untuk pemakaian clodi dan pospak yang selang seling lho, moms. Mungkin jika pakai clodi secara full siang dan malam, bisa jauh lebih hemat lagi!