Cara klaim kacamata BPJS ternyata begini, lho! Jadi, Januari kemarin saya memutuskan untuk klaim kacamata BPJS Kesehatan. Ada beberapa alasan yang mendasari saya untuk klaim, yaitu:

  1. Ya kan itu hak peserta BPJS Kesehatan

  2. Rencana mau beli kacamata yang sesuai agak mahal, jadi kalau dapat subsidi kan lumayan

  3. Penasaran sama cara klaimnya, supaya bisa dibikin konten artikel blog ini heheheheheheh

Berangkat dari tiga alasan tersebut, akhirnya saya memantapkan diri untuk mengikuti seluruh alurnya. Sebelumnya sih saya sudah googling terlebih dahulu bagaimana alur dan persyaratan klaimnya, dan yang saya temukan adalah konten-konten dari beberapa tahun lalu. Sempat khawatir kalau-kalau alurnya berubah tapi ya sudah gaes jalani aja dulu yekan….


kacamata BPJS
Ilustrasi Kacamata


Daripada cas cis cus langsung aja begini langkah-langkah untuk mendapat resep kacamata BPJS.

Minta Rujukan Kacamata BPJS ke FASKES 1

Pertama-tama saya datang ke faskes 1 dengan membawa KTP dan kartu BPJS kesehatan. Faskes 1 saya yaitu sebuah puskesmas di sebuah kota kecil di tempat saya tinggal. Mengapa ke puskesmas tersebut? Ya karena BPJS kesehatan saya terdaftar di puskesmas tersebut.

Puskesmas, klinik, atau dokter adalah salah satu yang selalu menjadi andalan masyarakat setempat untuk berobat dan sebagai warga yang puluhan tahun menetap di daerah ini, seharusnya saya tahu praktik-praktik tidak tertulis untuk mendapatkan pelayanan lebih dini yaitu ambil antrian sejak pagi. 

Yah tapi mau gimana lagi, saya sekarang adalah emak-emak yang harus urus ini itu. Kalau jaman single dulu, bangun tidur kuterus gassskeun bisa, lha sekarang mana bisa bundaa. Bangun tidur harus ina inu ini itu dulu hehehe. Akhirnya ke faskes-nya kebagian jam 8 pagi dan itu sudah sangat telat bunda. Eh maksudnya kalau ambil antrian jam 8 itu sudah sangat telat, dan beneran dong yang antri udah bejibun.

Belum lagi karena COVID19, Puskesmas mengubah alur di pendaftaran sehingga semua harus mengambil antrian manual untuk screening terlebih dahulu, baru deh dapet nomor pendaftaran.

Ya kira-kira saya waktu itu harus menunggu sekitar 30 antrian, tanpa kursi, dan belum sarapan. MasyaAllah awal-awal ngantri masih semangat, tapi antrian kurang 5 orang perut saya sudah mau ngamuk rasanya. Untungnya dulu jaman kuliah perut ini sudah terlatih lapar hahaha jadi alhamdulillah masih tahan.

Di depan petugas screening ditanyai keperluannya apa, lalu apakah ada batuk, pilek, dsb, yah sewajarnya kalau screening COVID19. Oya kalau yang keluhannya adalah batuk pilek demam maka akan diarahkan ke poli tersendiri di Puskesmas tersebut.

Setelah saya jawab kalau saya mau klaim kacamata, petugas kemudian memberikan nomor antrian untuk ke Poli Umum. Batin saya waduh ke Poli Umum, biasanya antriannya banyak hehehe. 

Antri di Poli Umum

Dengan memegang nomor antrian ke Poli Umum, saya masuk ke Puskesmas untuk menunggu di dalam. Masuk ke ruang tunggu Puskesmas ternyata lebih ramai lagi, bahkan untuk duduk dengan menerapkan aturan yang berjarak itu sudah sulit, lha gak ada tempat duduk lagi tapi di situ penuh juga orangnya.

Akhirnya saya duduk saja di tempat yang saya nilai aman dan menunggu lagi, menunggu dan menunggu sampai giliran saya dipanggil tiba.

Poli Umum Puskesmas tersebut masih sama seperti puluhan tahun lalu. Ah, bahkan semua poli di situ tata ruangnya masih sama. Kalaupun berubah paling hanya dipercantik sedikit-sedikit, tapi kalau bagian dalam poli saya rasa masih sama. Yang berubah dan berganti pasti dokter-dokter jaga dan perawatnya.

Poli Umum

Perawat di Poli Umum menanyai keperluan saya, batin saya ya Allah masih ditanyai keperluannya lagi, bukannya tadi di depan sudah ditanya hehehe. Saya jawab kalau saya mau klaim kacamata. Perawat membetulkan bahwa maksudnya surat rujukan kacamata, karena menurut beliau Puskesmas tidak bisa memberikan kacamata.

Nah jadi seperti itu teman-teman, ke puskesmas hanya untuk mendapatkan surat rujukan dan tidak diperiksa mata oleh Dokter Umum. Ketika giliran ketemu Dokter Umum pun begitu, ditanya lagi keluhannya apa? Saya jawab kalau mata saya minus. Dokter tanya ‘Lho kok kacamatanya gak dipakai?’. Lha ini saya mau klaim kan karena kacamata saya yang sebelumnya patah.

Bawa Surat Rujukan ke Rumah Sakit Tipe D

Dokter Umum kemudian membuatkan surat rujukan kacamata ke rumah sakit tipe D. Sebetulnya di dekat tempat tinggal saya ada RSUD. Saya bertanya apa saya bisa minta rujukan ke RS tersebut karena dekat dengan tempat tinggal saya. Dokter mengatakan tidak bisa karena RS tersebut ternyata tipe C sementara aturan rujukan BPJS adalah berjenjang dari faskes 1 ke RS Tipe D, Tipe C, dan seterusnya. 

Saya dirujuk ke RSU tipe D yang lokasinya cukup jauh dari tempat tinggal saya sekarang, tapi malah justru dekat dengan kontrakan lama saya.

Kemudian, hari itu adalah hari Sabtu dan Poli Mata di RS tipe D tujuan hanya buka dari jam 8 pagi sampai jam 11 siang. Ketika saya bertemu Dokter Umum untuk minta surat rujukan, jam sudah menunjukkan pukul 11 sehingga kemungkinan saya tidak bisa memproses rujukan hari itu juga.

Akhirnya saya pulang dan memutuskan datang ke RS hari senin.

Di RSU Tipe D

Hari Senin pagi saya telpon ke RS tipe D untuk menanyakan jadwal Poli Mata di hari itu. Petugas di ujung telepon mengatakan bahwa Poli Mata hari Senin buka sore dari jam 16.00 sampai 17.30. Ah artinya saya bisa kerja dulu sampai selesai dan langsung tancap gas ke RS.

Singkat cerita, saya dan suami sudah di RS tipe D. Suami menunggu di mobil, sementara saya masuk sendiri. Saya ambil antrian untuk ke pendaftaran. Saya lihat ruang tunggu di pendaftaran penuh orang, ruangannya kecil, dan tidak ber-AC hanya kipas angin sehingga hawanya sesak dan sumuk. Huft, saya putuskan untuk tidak duduk karena saya tidak mau terlalu berdekatan dengan orang. Akhirnya saya menunggu di pintu masuk saja yang tidak ada orang.

Pake Cap/Stempel Dong

Ketika giliran saya dipanggil ke pendaftaran, saya memberikan surat rujukan. Petugas memeriksa surat rujukan saya dan seketika menemukan ada yang kurang, yaitu tidak adanya cap Puskesmas. Petugas menyuruh saya bertanya ke loket SEP (yang biasa untuk urus rujukan BPJS) untuk menanyakan apakah bisa kalau memproses surat rujukan tanpa ada cap.

Akhirnya saya ke loket SEP dan eng ing eng, ternyata petugas SEP bilang kalau surat rujukan harus ada cap nya. Saya tekankan sekali lagi, apakah saya harus kembali ke Puskesmas untuk minta cap? Dan ya mereka tekankan kalau surat rujukan saya harus ada cap Puskesmas.

Oke deh proses hari itu gagal dan saya harus ke Puskesmas dulu untuk minta cap. Agak dongkol karena kenapa tidak terpikirkan hal itu. Kenapa Dokter Umum di puskesmas tidak mengarahkan saya untuk minta cap saat hari sabtu itu.

Kami pulang ke rumah dengan gontai heheheh. Tapi ya gapapa namanya juga pengalaman, mahal harganya. 

Esoknya pagi-pagi sekali saya minta suami ke Puskesmas untuk mintakan cap. Kira-kira jam 7 pagi, suami sudah gaskeun si merah Revo ke Puskesmas. Tak berapa lama beliau sudah kembali dengan cap Puskesmas. Wah, cepat juga ya. Kata suami sih, kalau minta cap nggak usah antri. Langsung ke pendaftaran saja minta cap. Oh pantes cepet, kalau harus antri sih mending batal klaimnya dan konten saya ini gak bakalan jadi hahahaha.

Di sela kerja saya cek website RS tipe D rujukan untuk memeriksa jadwal Poli Mata di hari itu. Wah, untuk website RSU tipe D tersebut lumayan update meskipun tampilannya kurang modern di mata dan terkesan jadul. Hehehe maklum bun, saya kerja di web development company/software house. Pembaca budiman yang mau bikin website dan aplikasi, boleh kontak saya, lho. Berhubung suami seorang web developer, jadi bisa lah kalau mengerjakan proyek website/company profile/aplikasi mobile :).

kacamata BPJS
Ilustrasi Kacamata BPJS

Oke jadi, website RS menunjukkan bahwa hari itu, hari Selasa, Poli Mata buka sama seperti kemarin, jam 16.00 sampai jam 17.30 WIB. Akhirnya saya memutuskan skenario seperti kemarin, yaitu menyelesaikan semua pekerjaan secepat-cepatnya agar bisa langsung tancap gas ke RS sorenya.

Jam 17.00 WIB kami sudah sampai di RS tipe D rujukan, seperti biasa suami menunggu di mobil, dan saya sendirian yang ke RS. 

Begini Alur Klaim Kacamata BPJS Di RS Rujukan

1. Pendaftaran

Ambil antrian pendaftaran, oh ya antriannya adalah jenis antrian BPJS karena saya bawa surat rujukan kacamata BPJS. Seperti kemarin, ruang tunggu penuh dengan orang, saya duga semua adalah pasien rujukan dari faskes 1 dan mereka antri untuk dipanggil ke loket SEP, yaitu loket yang mengurusi rujukan BPJS. Kemungkinan nanti saya pun begitu.

Saya menunggu di depan pintu karena di ruang tunggu penuh dengan orang. Bagaimanapun saya takut virus COVID19 juga hee. Setelah beberapa saat, akhirnya saya dipanggil oleh petugas pendaftaran. Petugas memeriksa surat rujukan dan mencatat beberapa data untuk keperluan administrasi. Selanjutnya saya diberi antrian untuk ke loket SEP, yah ngantri lagi ya bun.

2. Loket SEP

Antrian di loket SEP ternyata panjang gaesss, hehehee. Sesuai dugaan, yang kebanyakan duduk di ruang tunggu situ adalah pasien rujukan BPJS. Jadi mereka mengantri untuk dipanggil di loket SEP. 

Seingat saya, saya menunggu di loket SEP sampai semua orang di ruang itu tinggal sedikit, artinya saya kloter akhir-akhir, ya saya datangnya sore banget sih soalnya.

Ketika kursi di ruang tunggu sudah kosong, tibalah akhirnya saya dipanggil di loket SEP. Petugas di loket SEP memeriksa surat rujukan kacamata BPJS saya, kemudian memberikan beberapa kertas baru, lalu memberikan nomor antrian untuk ke Poli Mata.

3. Poli Mata

Saya lega, akhirnya ke Poli Mata gaesss. Saya ikuti petunjuk dari petugas mengenai lokasi Poli Mata. Berjalan melalui lorong, hingga ke belakang, dan akhirnya ketemulah pintu Poliklinik. Poli Mata ada di dalam Poliklinik tersebut. Jadi, di Poliklinik ada beberapa Poli dengan ruangan kecil-kecil. Yang bikin lemes lagi karena yang nunggu di Poliklinik juga ada banyak hahaha. Saya kebayang ngantri berapa lama lagi huhuhuhu.

Tapi karena saya semangat bikin konten yaaa ngantri lagi pun gapapa. Saya berjalan menuju petugas penerimaan di poliklinik. Petugas menyuruh saya duduk, memeriksa bundel surat yang saya bawa dari loket SEP, dan memeriksa tensi saya.

Setelah semua proses selesai, ternyata saya disuruh langsung ke Poli Mata. Wah, untung nggak perlu ngantri-ngantri lagi. Poli Mata letaknya ada di ujung ruangan. Saya langsung ke ujung ruangan dan masuk ke Poli Mata.

4. Resep Kacamata BPJS

Di Poli Mata, dokter sedang memeriksa satu orang saja dan saya disuruh menunggu sebentar. Hmm sebentar lagi akan kudapatkan resep kacamata BPJS itu hehehe, begitu pikir saya. 

Tak butuh berapa lama untuk menunggu. Pasien selanjutnya hanya ada saya. Ketika giliran saya tiba, perawat menyuruh saya mendekatkan mata ke pemeriksa mata komputer, ya seperti yang ada di optik-optik, sih. Gak tahu juga apa yang diperiksa.

Saya pikir yang diperiksa minusnya, tapi ternyata dokter mata pun masih memeriksa tingkat minus mata saya menggunakan kacamata secara manual. Hasilnya, minus saya masih sama. Tingkat minus mata saya ini ternyata dari pertama pakai kacamata, yaitu SMP kelas 3 sampai sekarang belasan tahun kemudian, masih sama, lho. Hehehe mungkin karena saya rajin pakai kacamata.

Dokter mata kemudian menuliskan resep kacamata BPJS lalu menyerahkan ke saya. Pada bundle resep kacamata BPJS tersebut, saya lihat ada beberapa optik tempat saya bisa menebus resepnya. Kurang lebih ada 4 optik dan kebetulan salah satunya dekat tempat saya tinggal.

5. Ke Kasir

Dokter kemudian menyuruh saya untuk menyerahkan bundle resep kacamata BPJS tersebut ke kasir. Saya keluar Poli Mata dan berjalan ke loket kasir yang letaknya dekat ruang tunggu di depan. Ruang tunggu di kasir sepi tak banyak orang. Saya langsung taruh bundle resep kacamata BPJS ke keranjang yang ada di depan loket.

Saya harus menunggu lagi beberapa saat sampai akhirnya kasir memanggil saya. Kasir menyerahkan kembali bundle resep kacamata BPJS setelah mengambil beberapa dokumen lain dalam bundle tersebut. Kasir menyuruh saya untuk kembali ke loket SEP di depan. Ow oke loket SEP lagi gaesss.

6. Loket SEP Lagi

Saya berjalan ke depan ke loket SEP dan menyerahkan bundle resep kacamata BPJS tersebut. Petugas loket SEP memeriksa dan membubuhkan beberapa cap. Proses di loket SEP memakan waktu beberapa menit sebelum akhirnya menyerahkan kembali resep tersebut ke saya, sembari memberi tahu bahwa saya bisa menebus kacamata di optik yang bekerjasama dengan BPJS. Yah, daftar optik sudah ada di bundel tersebut.

Berapa yang Ditanggung BPJS dalam Resep Kacamata BPJS tersebut?

Petugas di loket SEP juga menjelaskan bahwa yang ditanggung BPJS kesehatan adalah Rp 300.000. Oke saya pikir masih sama aturannya seperti yang sudah saya googling sebelumnya. Kelas BPJS saya adalah kelas I, dan subsidi kacamata RP 300.000. Saya tidak tahu apakah perbedaan kelas akan mempengaruhi besaran subsidi yang diberikan.

Kalau kacamata yang kamu beli harganya Rp 300.000 -an maka artinya kamu tidak perlu bayar apapun lagi. Tapi kalau harga kacamata lebih dari itu, maka berlakunya adalah subsidi sebesar Rp 300.000.

Setelah mengantongi resep kacamata BPJS tersebut, saya kembali ke mobil dan mendapati suami saya tidur di mobil dengan pulas hahahaha. Saking lamanya prosesnya sampai dia ketiduran.

Tebus Resep Kacamata BPJS ke Optik yang Bekerjasama dengan BPJS Kesehatan

Ketika pulang kami putuskan langsung mampir ke optik yang ditunjuk BPJS. Kebetulan salah satu optik letaknya sangat dekat dengan tempat tinggal kami. Beruntungnya, optik tersebut juga buka sampai jam 19.00 WIB.

Optik ini sebetulnya adalah optik pertama saya. Dulu ketika SMP saya mulai minus dan saya mengunjungi optik ini untuk periksa mata dan membeli kacamata. Tak disangka saya kembali lagi.

Seperti yang sudah saya sebut di awal, saya kepingin beli kacamata yang agak mahal, seperti frame yang mereknya bagus dan lensa essilor tsiehhhh. Tapi ketika melihat-lihat di optik tersebut, ternyata mereka tidak punya merek-merek frame yang dijual di optik terkenal seperti Melawai atau Seis hahahaha. Yawes pupus sudah. 

Untuk lensa juga mereka tidak punya essilor gaess. Merek lensa yang dipunya adalah Domas (terutama yang mereka tawarkan Blue Chromic). Domas blue chromic adalah lensa kacamata saya sebelumnya. Blue Chromic ini adalah lensa blue yang melindungi dari sinar biru komputer, sekaligus chromic karena dia akan berubah warna menjadi gelap ketika terpapar sinar UV saat siang hari. Sehingga kalau pakai kacamata ini, tidak akan terlalu silau.

Saya tanya ke petugas optik ada merek lensa lain atau tidak, soalnya saya kan sudah punya yang Domas blue chromic. Petugas kemudian menawarkan lensa blue chromic milik brand HOYA Stellify. Harganya sedikit lebih mahal, tapi ada garansi dua tahun. Kemudian, lensanya juga lebih clear

Setelah berdiskusi dengan suami, kami setuju untuk mengambil lensa HOYA Blue Chromic dengan harga lensa, eh saya lupa harga lensanya. Pokoknya saya total bayar Rp 570.000 sudah dipotong subsidi kacamata BPJS Rp 300.000.

Esoknya kacamata BPJS saya ini sudah jadi dan sudah bisa dipakai. Kesan pertama memakai kacamata dengan lensa Blue Chromic merk HOYA ini yah tidak jauh beda dengan Domas, ya. Tapi kecepatan dia berubah ke hitam ketika kena sinar matahari ternyata lebih lambat dari lensa blue chromic DOMAS.

Begitulah akhir dari pengalaman klaim kacamata BPJS Kesehatan di tahun 2022 ini.  Semoga informasi ini membantu kalian-kalian yang ingin klaim kacamata BPJS juga ya :).